Sudah tak asing lagi dengan istilah inflasi, kan? dimana nilai uang yang kita punya melemah relatif ke barang atau komoditi, uang kita memiliki nilai beli (purchasing power) yang rendah, mungkin contoh yang paling mudah dan terlihat sepele, adalah harga gorengan, dulu mungkin seratus rupiah, sekarang seribu persatu gorengan, contoh yang ekstrem, kah? hehe.
Baca: Berinvestasi saham dengan (atau untuk mendapatkan) dividen
Inflasi ini bisa ukur, BPS memiliki informasi yang lengkap mengenai ini, berapa inflasi yang mungkin terjadi dalam hitungan bulan, tahun.
Maka jika kita misalkan memiliki tabungan, dan tabungan tersebut memiliki bunga sebesar 1% pertahun, sedangkan inflasi mencapai 3% pertahun, uang kita kalah oleh inflasi, minus -2%, meski ada banyak komponen lain, tapi supaya simple saja kita contohkan.
Kita membutuhkan jaring lain agar uang kita tidak menjadi turun nilainya dari tahun ke tahun, uang seribu tetap seribu, tidak ada yang berubah secara angka, tapi nilai seribu terhadap hal lain bisa jadi sangat berbeda, yang kita butuhkan adalah pengaman terhadap inflasi.
Bunga bank yang tinggi misalkan sampai 4-7% pertahun adalah hal yang bagus, kita ada “sisa” dari kekuatan uang yang kita punya terhadap inflasi, tapi kita tidak berbicara hanya bulan ini atau tahun ini saja, tetapi lama ke depan, dan tidak ada yang tahu akan berapa suku bunga yang akan ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan bank tempat kita menabung, bisa jadi turun, dan kita tidak bisa mendapatkan bunga seperti sebelumnya.
Untuk melawan inflasi ini, dividen saham juga bisa dijadikan pengaman, lebih banyak pengaman lebih baik, dengan memiliki supplemental income, atau bahkan menjadi aktif income dari dividen saham bisa melawan inflasi yang ada.
Saham yang membagikan dividen memiliki ukuran yang dinamakan Dividen Yield, artinya imbal hasil yang didapat dari satu lembar saham yang dimiliki, jika misalkan DY adalah 4%, maka setidaknya saham yang dimiliki akan memberikan dividen sebesar 4% dari saham yang dimiliki.
